Mazmur 91 bagi Kaum Bapak GPIB Paulus di tengah COVID-19

Ditulis oleh: Mayos Edward Siahaya (Ketua Pelkat PKB GPIB Paulus Jakarta)

 

Dalam masa pandemi covid-19 ini, dalam semua aktivitas yang berlangsung dari rumah, saya menemukan sebuah bacaan yang menarik di ALKITAB, yang menurut saya bisa menguatkan IMAN kita dalam menghadapi Pandemi Covid-19, apalagi di masa NEW NORMAL.

Pembacaan yang saya temukan adalah MAZMUR 91: 1-16, dan bagi saya Mazmur 91 memang telah menjadi penghiburan dan pengharapan bagi umat kristen di sepanjang zaman.

Menjadikan Mazmur 91 sebagai penghiburan di tengah pandemi Covid-19 yang datang memang wajar. Beragam kata yang berkaitan dengan perlindungan muncul berkali-kali dalam teks ini: lindungan (ayat 1), naungan (ayat 1), perlindungan (ayat 2, 9), pertahanan (ayat 2), perisai dan pagar tembok (ayat 4), perteduhan (ayat 9), keselamatan (ayat 16).

Begitu pula pelbagai kata kerja yang mengarah pada ide yang sama: melepaskan (ayat 3), menudungi (ayat 4), menjaga (ayat 11), menatang (ayat 12), meluputkan dan membentengi (ayat 14). Sehubungan dengan kasus Covid-19, mazmur ini menjanjikan bahwa penyakit sampar dan menular tidak akan menakutkan bagi orang yang beriman (ayat 5-6), walaupun ribuan orang akan rebah, kita hanya akan menonton saja (ayat 7-8).

Dalam kaitannya dengan itu, saya mencoba membaca beberapa sumber-sumber mengenai mazmur 91 ini, dan saya yang saya temukan adalah:

  1. Semua janji dalam mazmur ini berlaku secara umum bagi umat Allah. Keadaan spesifik masing-masing orang mungkin akan berbeda. Allah mungkin memiliki rencana tertentu bagi individu tertentu. Walaupun demikian, mazmur ini secara umum bisa dijadikan penghiburan di tengah ketakutan yang kita alami saat ini.
  2. Semua bahaya yang disebutkan dalam mazmur ini—peperangan (ayat 5), penyakit (ayat 6), malapetaka dan tulah (ayat 10)—sebaiknya dipahami sebagai hukuman dari Allah kepada orang-orang fasik. Dugaan ini didukung secara eksplisit bias dilihat pada ayat ayat 8: “Engkau hanya menontonnya dengan matamu sendiri dan melihat pembalasan terhadap orang-orang fasik”.
    Selain itu, penggunaan istilah “jerat penangkap burung” (ayat 3) dan “tulah” (ayat 10) mengarah pada maksud jahat dari orang-orang fasik yang mencoba menciderai orang percaya, tetapi Allah merespons itu dengan hukuman dan jika maksud pemazmur memang seperti itu, Mazmur 91 tidak boleh diterapkan secara mutlak dalam konteks penyebaran virus COVID-19. Tidak ada tanda-tanda bahwa wabah ini merupakan hukuman Allah bagi orang fasik, siapa saja bisa terpapar, termasuk orang-orang kristen yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan.
  3. Di awal mazmur ini sudah diajarkan bahwa kebaikan Allah di sini hanya ditujukan kepada mereka yang “duduk dalam lindungan Yang Mahatinggi dan bermalam dalam naungan Yang Mahakuasa”.
    Dengan kata lain, orang yang berdiam dan bermalam dalam TUHAN adalah mereka yang menjadikan TUHAN sebagai tempat perlindungan dan kubu pertahanan (ayat 2), selanjutnya diulang lagi di ayat 9. Jadi, sekali lagi, janji ini hanya berlaku bagi mereka yang menjadikan TUHAN sebagai tempat perlindungan dan perteduhan.
  4. Apakah yang dimaksud dengan “menjadikan TUHAN sebagai tempat perlindungan dan perteduhan”? Pemazmur menjelaskan itu di ayat 14-15. Berlindung dan berteduh pada TUHAN berarti memiliki relasi personal dengan Allah yang intim (ayat 14). Keintiman ini diungkapkan melalui frasa “hatinya melekat kepada-Ku”. Menjadikan TUHAN sebagai perlindungan dan perteduhan juga berarti menyandarkan diri pada Allah melalui doa (ayat 15).
    Yang mendapatkan janji TUHAN adalah mereka yang “berseru kepada-Ku”. Doa ini lahir dari kelemahan, keterbatasan, dan ketidakberdayaan (“dalam kesesakan”). Di samping itu, doa ini juga muncul dari iman, dari hati yang berani berkata: “Tempat perlindunganku dan kubu pertahananku, Allahku, yang kupercayai” (ayat 2).

Dengan demikian sebagai Kaum Bapak GPIB Paulus Jakarta, marilah memeriksa diri apakah kita sudah ‘tinggal’ di dalam Dia dan firmanNya di dalam kita. Bila kita tidak tinggal dalam ‘daerah perlindunganNya (firmanNya)’, ketika masalah terjadi secara bertubi-tubi menyerang kehidupan kita bukankah Tuhan tidak akan pernah INGKAR JANJI, persoalan boleh saja datang, tetapi Tuhan pasti turut campur tangan dan membela kita.  Dia berkata, “Bila ia berseru kepadaKu, Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalm kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya” (Mazmur 91:15).

Jika kita tinggal di luar perlindunganNya dan firmanNya itulah kesukaan Iblis dan sasaran empuknya.  Iblis akan berusaha menganggu kita dengan berbagai masalah, sebab Iblis tahu bahwa kita akan kalah.  Orang yang berada di luar ‘benteng perlindungan’ mudah terkena serangan musuh, sebab “…si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya”  (1 Petrus 5:8).

Bila kita tak mau tinggal di dalam firmanNya kita akan menjumpai banyak kesulitan.  Banyak orang Kristen mencoba-coba hidup di luar firmanNya dan berpikir suatu saat kelak masih ada kesempatan kembali bertobat, ITU KELIRU.

 

Gedong Panjang, 08072020

Mayos Edward

Leave a Reply

Your email address will not be published.