Pengelolaan Keuangan Keluarga dan Pribadi

Ditulis oleh: Dkn. Maikel Sajangbati

 

Foto: REUTERS/Brendan McDermid

Salah satu pertanyaan yang sangat penting dan menghantui seluruh lapisan masyarakat dunia saat ini adalah kapan pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) akan berakhir? Tidak ada yang dapat memastikan kapan wabah Covid-19 akan berakhir walaupun ada beberapa pendapat yang memperkirakan akan kembali normal pada bulan Juni 2020 yang akan datang. Dampak Covid-19 telah membuat mandeg perekonomian secara global termasuk rumah tangga dan keluarga. Setiap hari kita mendengar, membaca dan melihat di TV dan Media Sosial begitu banyak masyarakat yang kehilangan pekerjaan (PHK), di rumahkan serta begitu masifnya tempat usaha yang ditutup akibat sengatan wabah Covid-19 ini.

Jawaban atas pertanyaan diatas tentu sangat penting untuk memberi kepastian kepada masyarakat dalam rangka membuat langkah-langkah pengelolaan keuangan keluarga agar dapat survive ditengah keadaaan yang serba chaotic ini. Secara makro, Pemerintah telah mengeluarkan serangkaian Kebijakan Fiskal, Moneter, Jasa Keuangan untuk mengatasi dampak pandemi Covid-19 tetapi secara mikro keluarga penting untuk dapat mengelola keuangannya dengan bijaksana. Lalu bagaimana kita dapat mengelola keuangan keluarga dengan baik ditengah ketidak pastian ini? Salah satu yang kita harus lakukan adalah membuat perencanaan keuangan keluarga.

Secara teologis, perencanaan keuangan keluarga dan pribadi harus dilakukan di dalam ketergantungan pada perintah Tuhan dan dalam iman dimana kita bergantung pada Tuhan untuk keamanan dan kebahagiaan, bukan dari kekuatan kita sendiri (Ibrani 13:5), juga mengutip dari ayat Filipi 4:9 “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaanNya dalam Kristus Yesus.” Dengan mengimani ayat – ayat tersebut, kita juga bertanggung jawab mengelola berkat yang sudah Tuhan limpahkan kepada kita. Salah satunya untuk dapat melakukan tindakan preventif mengurangi risiko-risiko yang tidak diinginkan terjadi.

Foto: kompas.com

Untuk itu disarankan agar kita melakukan chek up keuangan keluarga antara lain:

  1. Membuat Analisa Arus Kas; hitunglah jumlah penghasilan dikurangi pengeluaran jika surplus berarti kita memiliki arus kas yang sehat, jika defisit berarti memiliki arus kas yang tidak sehat. Atasilah arus kas defisit dengan melakukan efisiensi biaya seperti: biaya listrik, internet, majalah dan koran, TV kabel dan biaya-biaya lainnya serta berusaha mencari sumber penghasilan lain. Prioritas utama adalah memenuhi kebutuhan dasar sandang dan pangan & bagi yang memiliki arus kas surplus direkomendasikan untuk mempersiapkan dana darurat sebesar 3 – 6 bulan dari biaya hidup bulanan.
  2. Membuat Analisa Harta Bersih; hitunglah seluruh kekayaan dikurangi dengan seluruh kewajiban. Jika positif berarti kita memiliki harta bersih, sebaliknya jika negatif maka hutang lebih besar dari pada harta. Atasilah dengan melikuidasi aset yang masih memiliki kewajiban (belum lunas) antara lain KPR, KPA dan Kredit Kendaraan Bermotor (Roda 4 atau Roda2). Adapun untuk mengatasi tagihan-tagihan & kewajiban kartu kredit, biaya kuliah/sekolah, biaya sewa apartemen, biaya kontrakan rumah/ruko dan lain-lain, kita dapat mengajukan permohonan rescheduling/restrukturisasi /relaksasi hutang kepada bank/kreditur/pemilik. Disamping hal itu kita dapat mencari sumber pinjaman lunak dari sanak keluarga, kenalan maupun angel investor.

Untuk keluarga yang memiliki financial chek up yang sehat direkomendasikan agar dapat menabung 10 – 20 % dari penghasilan guna memenuhi kebutuhan dana darurat, dana donasi, dana pendidikan, dana pensiun, dana warisan, dana gaya hidup, dana perjalanan ibadah dan lain-lain dimasa yang akan datang. Bagi pemilik UMKM dapat memaksimalkan efisiensi biaya dan melakukan inovasi bisnis sampai keadaan usaha berangsur-angsur normal kembali. Sedangkan bagi keluarga yang memiliki investable asset maka dapat mempertimbangkan strategi investasi melalui diversifikasi dengan aset alokasi lebih besar pada instrumen pasar uang mengingat dalam situasi krisis “cash is the king”, disamping itu melakukan dollar cost averaging & buy on weakness di pasar modal pada sektor-sektor defensive untuk jangka panjang.

Semoga  warga jemaat GPIB Paulus dapat diberikan hikmat oleh Tuhan Yesus dalam mengatur pengelolaan keuangan keluarga ditengah-tengah krisis pandemi Covid-19 ini. Selamat mengelola keuangan keluarga dan pribadi.

Leave a Reply

Your email address will not be published.